Indonesia Hanya Punya 4 Perguruan Tinggi Logistik

Pada pembukaan Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) 2017, Konvensi Kampus XIII, dan Temu Tahunan XIX FRI di Jakarta awal Februari lalu, Presiden Joko Widodo meminta dunia pendidikan, terutama pendidikan tinggi, agar dapat beradaptasi secara cepat. Perguruan tinggi harus mulai berani berubah terkait penyediaan dan pengembangan jurusan atau program studi sesuai dengan perkembangan zaman dan pembangunan. Salah satu yang dipertanyakan Presiden adalah tidak adanya jurusan logistik yang sekarang sangat dibutuhkan.
Berdasarkan pengamatan Supply Chain Indonesia (SCI), perguruan tinggi yang telah membuka program studi khusus logistik masih terkonsentrasi di dua kota, yakni Bandung dan Jakarta yang jumlahnya pun masih terbatas empat perguruan tinggi. Beberapa perguruan tinggi yang telah membuka jurusan/program studi (Prodi) logistik seperti Politeknik Pos Indonesia yang mempunyai Prodi Logistik Bisnis (D3 dan D4), dan Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia (STIMLOG) yang mempunyai Prodi Manajemen Logistik (S1). Selain itu, Politeknik APP mempunyai Prodi Manajemen Logistik Industri Elektronika (D3), sedangkan Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi (STMT) Trisakti mempunyai Prodi Logistik dan Material (D3, S1, dan S2).

“Di lihat dari jumlah perguruan tinggi yang membuka program studi logistik dipastikan sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan SDM logistik. Kondisi tersebut juga dipengaruhi ruang lingkup logistik yang sangat luas. Misalnya, khusus logistik yang berbasis komoditas Indonesia memiliki banyak sekali jenis komoditas. Diperlukan program studi yang memiliki kekhususan untuk memberi pembelajaran hanya pada satu komodistas tertentu saja,” kata Setijadi, Ketua SCI.
Ia menambahkan, sebagai contoh, Belitung sebagai kawasan penghasil ikan, perguruan tinggi di sana perlu membuka program studi  khusus yang menangani logistik perikanan. Di pulau Sumatera sebagai kawasan penghasil Kelapa Sawit, perguruan tinggi di sana perlu membuka program studi khusus yang menangani logistik perkebunan. Begitu pun di daerah lain seperti Brebes, sebagai penghasil Bawang Merah atau Nusa Tenggara Barat pensuplai Sapi terbesar.
Selain itu, cakupan program studi juga harus berbasis moda transporasi. Sebab sektor logistik melibatkan lintas moda transportasi, mulai dari moda transportasi darat, laut dan udara. Menurut Setijadi, mengacu pada logistik berbasis komoditas dan moda transportasi, pemerintah dan perguruan tinggi akan mudah mengetahui kebutuhan program studi logistik yang perlu dikembangkan di daerah.

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Bandung Lautan Api